Refleksi Hari Kartini sebagai Tokoh yang Menginspirasi Perempuan
Dalam setiap tahunnya tepat tanggal 21 April, biasanya anak-anak sekolah turun ke jalan untuk memeringati Hari Kartini dengan menggunakan pakaian ala Kartini. Kadang kala kegiatan tersebut diiringi dengan kesenian drum band atau semacam kesenian lainnya.
Seperti yang diketahui oleh banyak kalangan masyarakat bahwasanya Kartini adalah sosok perjuang hak-hak perempuan, untuk itu perempuan saat ini perlu menyadari dan menghargai akan perjuangan Kartini.
Mengutip tulisan (indonesiabaik.id) dengan judul “Makna Perjuangan R.A. Kartini, bagi Perempuan Modern” antara lain adalah mendapatkan kesetaraan dalam hak pendidikan, membuka lebar kesempatan perempuan untuk berkarya, mendorong percaya diri perempuan dalam berkarir serta membangkitkan kualitas hidup perempuan.
Dari sekian banyak yang telah diperjuangkan oleh Kartini tentu pengaruhnya sangat besar. Kartini mengerahkan segala kekuatan yang ada dalam dirinya untuk masa depan perempuan yang lebih cerah. Kartini adalah sosok perempuan yang sangat cerdas, maka wajar saja kalau Kartini diagung-agungkan oleh banyak kalangan akan perjuangannya.
Bayangkan ketika zaman dulu perempuan sulit mendapatkan akses pendidikan yang tinggi, tidak seperti seorang laki-laki, belum diizinkan untuk menentukan jodoh/suami sendiri dan lain sebagainya (kumparan.com). Sedangkan saat ini perempuan bebas berekspresi, mengeksplorasikan semua pikiran dalam bentuk tindakan maupun berpendidikan sampai tingkat tinggi.
Pada sebuah postingan video di instagram (@nuonline.id dengan narasumber KH. Achmad Chalwani) dijelaskan bahwa pada usia 12 tahun Kartini diajarkan Tafsir Alquran dengan menggunakan Bahasa Jawa, seketika pula hatinya Kartini merasa tentram. Kemudian daripada itu Kartini meminta tolong kepada Kiai Sholeh Darat untuk menafsirkan Alquran seluruhnya ke dalam bahasa Jawa, agar bisa dijadikan sebuah pegangan para putri-putri Jawa.
Namun Kiai Sholeh Darat memberikan penjelasan kepada Kartini bahwa tidak sembarang orang diperbolehkan dengan mudah untuk menafsirkan Alquran. Seseorang diperbolehkan menafsirkan Alquran dengan syarat harus mempunyai ilmu bantu tafsir yang lengkap, mulai dari gramatika arab, nahwu, shorof, ilmu badi’, ma’ani, bayan, muhasnatil kalam, nasikh mansukh, asbabul wurud, asbabul nuzul dan lain sebagainya.
Di samping itu, Kartini berkeyakinan terhadap Kiai Sholeh Darat bahwa beliau mempunyai semua ilmu tersebut. Hingga pada akhirnya Kiai Sholeh Darat menundukkan kepalanya sambil menangis. Kiai Sholeh Darat terheran ada sosok perempuan muda yang sangat cerdas, hingga mengusulkan kepada Kiai Sholeh Darat untuk menafsirkan Alquran 30 juz.
Pada kesempatan yang lain, Kartini dipanggil oleh Kiai Sholeh Darat. Kemudian meminta doa kepada Kartini agar Kiai Sholeh Darat bisa menafsirkan Alquran 30 juz. Di tengah perjalanan, Kiai Sholeh Darat baru menafsirkan Alquran sebanyak 13 juz yang dicetak pertama kali di Singapura dengan judul: “Faidur Rohman fii Tafsiri Ayatil Quran” karya Kiai Sholeh Darat, usul R.A. Kartini. Litbang Kementerian Agama turut menyatakan Tafsir Faidur Rohman adalah tafsir pertama di Asia Tenggara.
Dalam penjelasan yang runtut tersebut dapat digambarkan bahwa perjuangan Kartini tidak terfokus dalam pendidikan saja, namun Kartini juga mengimbanginya dengan belajar agama.